Free Your Mind Write what i feel, write what i think.

Kamis, 11 Februari 2016

Segelas Kopi


Panas terik matahari tak pernah henti menyorot tiap sudut kota
Hari ini tetap sama seperti sebelumnya, entah mengapa musim panas telah berlalu tapi suhu udara tetap menunjukkan 32 derajat celcius. Kuputuskan menghabiskan waktu istirahat untuk membeli segelas kopi dingin di cafe dekat kantorku
Jalanan tampak padat dengan hilir mudik kendaraan, tak ingin membuang waktuku lebih lama instingku mengatakan akan lebih baik jika jalan kaki saja. 
Cafe itu terletak hanya 2 blok dari kantorku namun baru kali ini aku tak menggunakan kendaraan untuk kesana.
Baru setengah perjalanan kulihat langit tiba-tiba menjadi gelap
"Wow setelah 2 minggu musim panas berlalu akankah ini menjadi hujan pertama di musim hujan kali ini?" Pikirku sembari mempercepat langkahku menuju cafe, tak hanya aku, semua orang di sekitar jalan ini pun juga mempercepat langkahnya. Tentu saja, tak akan ada yang menduga bahwa hari ini akan turun hujan.
Kemudian hujan pun turun dengan derasnya, aku berlari hingga sampai didepan cafe dan dengan cepat membersihkan jasku dari air hujan
Tiba-tiba aku terkejut dengan suara wanita yang menyapaku dengan menepuk pundaku

"Ryan, is that you?" Wanita itu tersenyum namun ekspresinya setengah meragu.

Sepersekian detik aku berpikir dan tersentak kaget.

"Umm,eh hai Lily apa kabar?" Sapaku dengan sedikit senyum 

"Aku baik, wow kamu tambah tinggi ya sekarang hehe terakhir ketemu kayaknya gak segini deh" dia menyeringai

Aku tak menyangka setelah 3 tahun ini dia begitu banyak berubah. Namun satu hal yang tak pernah berubah darinya, sinar matanya yang selalu kukagumi dari dulu tatapan mata yang selalu menenangkan. 
Lily adalah mantan pacarku sewaktu di masa kuliah. Dia gadis menyenangkan yang pernah kutemui, selalu penuh semangat dan ceria. Teringat pertemuan pertamaku dengannya sore itu 7 tahun yang lalu di kursi taman kampus, kau tahu aku jatuh cinta padanya saat pertamakali menatap matanya. 

"Hey, kok bengong? Kesel deh di kacangin" ekspresi wajahnya berubah cemberut

"Oh sorry, aku hanya tak percaya bisa bertemu denganmu disini. Yuk masuk bisa masuk angin kelamaan diluar"

Tanpa melihat menu Lily langsung memesan segelas kopi lalu menoleh kearahku

"Es kopi?" Tanyanya tanpa ragu
"Oh, iya kau memang pengingat yang baik Lily" 

Ia hanya tersenyum, lalu kami duduk dipinggir dekat kaca 

"Kau masih suka minum es kopi panas? Aku tak percaya setelah sekian lama ini kau selalu memesannya, Seleramu yang konyol itu selalu ingin membuatku tertawa" 

"Ayolah Ryan, tak pernahkah kau sekalipun tak mengolok selera luar biasa turunan..."

"Dari Ayah Ibu dan Kakek Nenekku" kataku memotong ucapan Lily
Kulihat ekspresi Lily berubah, ada jeda tanpa kata diantara kita dan hanya terdengar suara derasnya hujan, suasanya terasa canggung lalu Lily tersenyum kecil

"Kau juga pengingat yang baik Ryan"

Aku tak mengerti mengapa dengan refleks melanjutkan kata-kata Lily, seakan-seakan semua kata-kata itu keluar sebelumnya sempat aku memikirkannya.

"Haha kau sudah mengatakan ribuan kali tentang itu Lily, bagaimana mungkin aku tak mengingatnya?" Ucapku mencoba untuk memperbaiki suasana.

"Oke aku mengerti Ryan, kurasa kali ini tak ada salahnya kita berbicara hal-hal yang menyenangkan di masa lalu, apakah kamu ingat lagu yang kita dengarkan setiap kali kita duduk di kursi taman kampus?" Ia tertawa kecil sambil mengaduk kopinya

"James Morrison - Man In The Mirror, aku tak pernah melupakan itu Lily" kataku setengah tertawa
Sudah lama aku tak tetawa tiap kali bicara, entah karena kecanggunganku bertemu dengan Lily atau memang semua kenangan ini membuatku tertawa.
Tak ada suara yang terucap, angin berhembus kencang
kulihat Lily menatap langit dan bersenandung "This wind is blowing my mind"
Tanpa sadar aku memandanginya cukup lama, lagi-lagi Lily menyadarkan lamunanku

"Do you remember when i'd told you that i love you to the bottom of the sea?" 
Dan lagi-lagi aku refleks melanjutkan kata-kata Lily

"Yeah I know I know it's over but I guess that's just the way it has to be"

Tak kusangka aku masih mengingat lagu ini dan baru kusadari lagu ini benar-benar terjadi dalam kehidupanku kali ini

"Kodaline-Moving On, hahaha entah mengapa aku sangat ingin menyanyikan lagu ini sekarang" Lily kembali menyeruput kopinya

Aku mengingat kenangan itu Lily dan aku selalu bertemu di kursi taman kampus dan bercerita segala hal yang terjadi hari itu, menyenangkan dan menghangatkan. Kita tak pernah bosan bercerita tiap hari, selalu ada canda tawa dipertemuan kita. 

"Kita dulu pernah dekat sekali ya Lily, aku bahkan tak menyangka kita pernah sedekat itu. Aku merindukan masa-masa itu"
Aku menatapnya lekat-lekat, namun tak kulihat apapun di matanya. Kosong.

"Kau tau Ryan, terkadang aku masih mengingat hal itu namun yang harus kita sadari adalah semua sudah tak seperti dulu lagi, sekarang kita tak bisa kembali ke saat itu lagi yang artinya itu sudah menjadi masa lalu" 

Aku terdiam mendengar ucapannya, ada sedikit rasa sakit didadaku. Dia kemudian beranjak dari tempat duduknya, bersiap untuk pergi

"Ryan aku duluan ya, Ardi sudah menunggu didepan kami akan kembali Ke Islandia hari ini, senang bertemu denganmu tak kusangka transit kali ini mempertemukan kita tanpa sengaja" 
Lily berjalan menuju pintu dan menghampiri pria yang sedari tadi melambai ke arahnya kemudian mereka berjalan menjauh. 

Hujan telah reda
Jam telah menunjukkan pukul 14:00 waktu istirahatku telah selesai, aku bergegas keluar dari cafe itu dan membawa es kopiku yang tak kusentuh dari tadi. Kopi ini sudah tak dingin lagi.
Perjalananku menuju kantor ditemani dengan kenanganku bersama Lily, sesekali aku tertawa dan meminum kopi dari cafe itu.
Kau tau, hujan selalu bisa membawa kembali sesuatu yang tak bisa kembali.