Free Your Mind Write what i feel, write what i think.

Kamis, 14 Desember 2017

Kepada kamu, yang tak lelah menunggu.



Tuhan memberi jarak diantara jari-jarimu
Agar kamu tau, jarak memberimu ruang untuk menggenggam bahkan untuk melepaskan.
Adalah waktu mengubah rindu menjadi temu.
Disaat menunggumu tak juga jemu
Kepasrahan mengubah kekecewaan menjadi keihklasan
Mencoba untuk menutup hati agar tak lagi menanti.
Tapi semua hanya ilusi.
Hati tak mau mengerti kamu tak akan kembali.

Kamis, 26 Oktober 2017

P(a)s(rah)

Pada suatu akhir

Aku berdoa untuk sebuah koma diantara titik yang tak terarah.

Disaat keihklasan adalah suatu keharusan,
Aku berharap kesemogaan diantara ketidakmungkinan.

Mengusahakan disela kepasrahan.

Menunggu jawaban untuk sebuah kepastian dari melepaskan yang tak terelakan.

Kamis, 12 Oktober 2017

Lelah.



Bertemu denganmu di waktu yang tak tepat.
Disaat semuanya belum terlambat
Aku pernah menyerah sebelum aku kalah.
Mencoba meninggalkanmu saat aku lelah.

Sebelum semuanya semakin parah akhirnya aku menyerah
Mempertahankanmu tidaklah mudah
Buat apa bertahan tapi tak ditahan?
Aku hanya perlu memilih diantara berlari atau berhenti
Sebelum aku sadari bahwa keduanya sama-sama tak berarti.

Selasa, 13 Juni 2017

Hujan Dan Rindu Yang Tak Tertahankan


Aku pernah bertemu denganmu sekali dibawa hujan.

Saat itu aku tak membawa jas hujan kemudian kuhentikan perjalanan.

Aku ingat, waktu itu pukul delapan.

Didepan hatle bis dekat lapangan.

Kamu sedang asyik-asyiknya menulis disebuah buku catatan.

Sekilas kulihat kamu menulis sesuatu tentang harapan.

Tanpa sadar aku bertanya, apa yang kamu tuliskan?

Kamu bilang itu puisi, untuk mantan.
Kamu bilang kamu rindu padanya tak tertahankan.
Kamu bilang akan memberikannya ketika telah terselesaikan.

Aku bertanya kembali, setelah kamu berikan apa yang akan yang akan kamu dapatkan?

Kamu dia sejenak, tertegun.

Lalu kamu tersenyum dan memberikan jawaban.

"Rindu hanya perlu disampaikan meskipun tak terbalaskan".

Minggu, 11 Juni 2017

Resah


Aku melangkah tak tentu arah.

Menjauhi rasa marah yang semakin parah.

Iya aku patah, sejak kamu pergi aku kehilangan arah.

Awalnya kukira tanpamu hariku lebih bergairah namun aku salah, aku semakin resah.

Aku marah kepada kita yang tak pernah mau mengalah.

Aku tau kamu lelah, bersama diriku selalu saja banyak masalah.

Siapa yang salah? Tentu saja aku, katamu tak bersalah.

Tidak masalah, aku terbiasa disalahkan.

Kenyataannya memang aku yang salah.
Tapi kamu lupa, kamu yang membuatnya semakin parah.

Sudahlah, jika kita adalah masalah alangkah baiknya kita berpisah.

Biarlah kali ini aku yang mengalah
dan kemudian pergi melangkah berlawanan arah. 


Selasa, 02 Mei 2017

Hati-Hati Melangkah



Hati hati ketika melangkah, kau tak bisa menduga kapan terjatuh.

Hati hati ketika melangkah, ketika terjatuh kau tak bisa menduga bagaimana dampaknya.

Kau pernah merasa bahwa semua telah baik-baik saja, merasa bahwa luka-luka terobati dengan sempurna, merasa tak ada bekas dari luka lama.
Namun kau salah, kau tak hati-hati melangkah.

Kau jatuh lagi, memang tak parah namun cukup keras hingga luka lamamu menganga. 

Kau sakit lagi, sakit yang sama namun tak separah dulu. Tapi bagimu semua tetap sama, rasa sakit tetaplah rasa sakit. Luka yang paling ingin kau tutupi dengan mudahnya terbuka kembali.

Kau menyesal lagi, mengutuk dirimu yang tak hati-hati melangkah. Membiarkan kesalahan kecil merusakan segalanya. 

Kau menangisi dirimu yang begitu lemah, menangisi luka lamamu, menangisi semua yang terjadi begitu saja.

Namun kali ini kau tak ingin memperkeruh keadaan, lukamu kau biarkan menganga, lukamu tak kau beri penawar.

Kali ini kau percaya kepada dirimu bahwa luka akan sembuh sendiri tanpa kau sadari.

Rabu, 05 April 2017

Surat Terakhir



Hai, maaf selama ini tak pernah membalas pesanmu.
Bagaimana keadaanmu? 
Pasti baik kan? sangat baik bahkan. 

Maaf jika terdengar basa-basi Seharusnya aku tidak bertanya, aku hanya tak tau bagaimana memulainya. 

Aku tau ini memang tak sepantasnya, tapi tenang saja aku tidak punya maksud buruk. 

Aku ingin menyampaikan beberapa hal yang sampai kini mengganjal pikiranku. 

Apakah semudah itu untuk pergi? 

Apakah semudah untuk untuk melupakannya?

Apakah bagimu aku sungguh tak berarti?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus mengantui pikiranku setiap waktu.

Kau bilang padaku bahwa pertemuan kita adalah akhir sekaligus awal dari kehidupan yang selamanya.

Tapi aku tau selamanya itu tak pernah ada, namun kau berusaha membuatku percaya.

Apa semudah itu membuatku percaya lalu mengikarinya?

Kau lucu, terlalu lucu sampai membuatku tak bisa tertawa. 

Tenang, aku tak mempermasalahkan itu lagi. Aku sudah baik-baik saja saat ini.

Aku ingat saat itu kau hanya pergi tanpa penjelasan apapun dan berkata kita telah berakhir.

Kau membuat jarak, kau bilang bahwa semua ini demi kebaikan kita.
Lagi lagi kau nyaris membuatku tertawa tanpa suara.

Bagaimana bisa? Kebaikan kita? Apa sih yang kau tau tentang kebaikan yang sesungguhnya?

Dan setelah sekian lama kau dengan mudahnya kembali kehadapanku dengan kata maaf.

Semudah itu?

Sungguh semudah itu kau kembali dengan kata maaf?

Kau harus tau bahwa jarak yang kauberikan memberiku banyak kesempatan untuk menyadari.

Menyadari bahwa kau bukan yang terakhir.

Menyadari bahwa bukan aku satu-satunya.

Menyadari bahwa selamanya memang tak pernah ada.

Menyadari bahwa jarak memberiku waktu untuk menyembuhkan luka.

Kau tak perlu bersusah payah menginginkan kita kembali dan kau tak perlu berusaha keras meminta maaf padaku lagi.

Aku sudah jauh-jauh hari merelakanmu pergi, aku sudah memaafkanmu disela-sela jarak yang kau berikan.

Aku harap kau akan lebih bahagia  tanpa aku lagi, aku tau kau akan tetap baik-baik saja tanpa aku.

Jadi berhentilah disini dan berbahagialah.




Kamis, 30 Maret 2017

Diskusi Malam



- Hai, apa kabar?

  •  Seperti yang kau tau aku tetap seperti ini dan akan selalu seperti ini. Bagaimana denganmu?

- aku merasa cukup, entah cukup baik atau buruk aku tak bisa memastikan

  •  Oh jadi karena itu kamu ingin bertemu lagi denganku?

- Mmmm tidak juga, aku hanya ingat sesaat. Mungkin

  •  Oke aku tidak akan memaksa bertanya tapi aku tahu kau rindu.

- Bagaimana bisa? kurasa kau hanya asal bicara.

  • Apa perlu kuperjelas lagi? bukannya kau bertemu denganku hanya ketika kau rindu? kurasa kau tak lupa pernah mengucapkan itu.

- Baiklah, aku mengaku. Aku memang rindu

  •  Aku lebih suka kau jujur seperti ini. Tidak perlu dipaksakan, rindu hanya perlu disampaikan walaupun tak terbalaskan.

- Lalu apa kau tak merindukanku juga?
  •  Jangan tersinggung, kurasa tidak. Disini aku kekang bersama waktu, mungkin kau terus berubah namun tidak denganku. Aku merasa cukup seperti ini.

- Aku mengerti, maaf hanya aku yang rindu.

  •  Kenapa kau minta maaf? aku justru senang karna kupikir kau tidak ingin bertemu lagi denganku

- Entahlah aku hanya ingin minta maaf.

  •  Apa kau ingin aku kembali?

- Kembali? Tidak.

  •  Kau yakin?

- Yakin. Mungkin

  •  Ayolah kau terlalu banyak menggunakan kata "mungkin", apa sesulititukah untuk jujur?

- Kau pikir aku bohong? yang benar saja, aku tidak berbohong aku hanya ragu. Berhentilah menjahiliku.

  •  Maaf.

- Walaupun aku berkata ingin kau kembali, apa kau sungguh akan kembali?

  •  .....

- Sudah kuduga kau tak bisa menjawab.

  •  Maaf.

- Sudahlah tidak masalah bagiku.

  •  Terima kasih sudah mengerti.

- Jangan salah paham, aku hanya menerima kenyataan bahwa tidak semua hal bisa dipaksakan.

  •  Kurasa itu sama saja. sesungguhnya apa yang ingin kau bicarakan denganku?

- Aku mulai lupa bagaimana rasanya percakapan disudut gedung itu saat matahari sedang terik-teriknya

  •  Saat itu kau sangat senang, kau banyak berbicara. Diskusi yang sangat panjang dan selalu terdengar suara tawa. Kau bilang sangat menyukai sudut ini, udaranya terasa sejuk walaupun situasinya ramai. Kau merasa sedang berada di duniamu sendiri.

- hahaha...

  •  Kenapa tertawa? Kau senang? kupikir kau akan menangis.

- Untuk apa menangis? Aku senang setidaknya ada masa-masa menyenangkan yang sampai saat ini masih bisa aku ingat. Aku senang masa-masa itu pernah terjadi. Terima kasih sudah membantuku mengingat.

  •  Sama-sama senang bisa membantu. Apa ada yang bisa aku bantu lagi untukmu?

- Tidak ada, cukup ini saja untuk kali ini. Sampai jumpa lagi, selamat malam masa lalu.

  •  Baiklah, selamat malam.

Senin, 13 Februari 2017

Abstrak.

Ini adalah sebuah tulisan penggambaran suatu rasa yang begitu abstrak begitu tak terdefinisikan.

Kau  tau sebuah kubus? Yang seluruh bagian ada ruangnya. Yang di setiap ujungnya runcing. Aku adalah sebuah kubus yang sangat kotak. Sekotak-kotaknya kotak aku adalah yang paling kotak dimana ujung-ujung sangat runcing, terlalu runcing sehingga menyakiti semua ada ada disekitarku, merobek bagian-bagian yang harusnya utuh menjadi tak berbentuk.
Aku tak pernah ingin menjadi bentuk ini, kotak adalah suatu bentuk yang paling ingin aku hindari. Tapi seringkali aku menjadi kotak karna sekitarku mengubahku menjadi demikian. 

Kau tau tanaman putri malu? Yang seluruh daunnya akan menutup ketika disentuh. Aku adalah putri malu, semalu-malunya putri malu aku adalah yang paling malu saat ini. Tak pernah terpikirkan olehku akan menjadi malu separah ini. Malu itu menyebalkan terlebih ketika orang lain tertawa karna dirimu yang salah menanggapi sesuatu.

Kau tau bodoh? Sebuah sifat yang tak pernah lepas dari manusia manapun. Aku adalah bodoh.  Sebodoh-bodohnya manusia mungkin saat ini akulah yang paling bodoh. 

Kau tau kecewa? Suatu perasaan yang sangat bersahabat dengan kesedihan, sebuah rasa yang tidak bisa dijelaskan sebuah harapan yang kamu percayai dengan baik kemudian dihancurkan. Aku adalah kecewa, kecewa yang sangat.

Yang terkahir, kau tau sedih kan? Kau pasti tau, semua orang pasti tahu. Aku tak perlu bercerita lagi tentang kesedihan. Karna kesedihan adalah suatu rasa yang tak perlu dikatakan pun semua orang tahu rasanya.

Senin, 30 Januari 2017

Membeku



Membuka kembali bukti-bukti pembekuan waktu yang telah kita lalui.
Kenangan yang membeku bersama waktu yang telah berlalu.

Tulisan singkat tentang aku dan kamu.
Ya aku dan kamu, kita pernah menjadi sebuah bagian dari waktu yang terus berputar tanpa jeda.

Kita pernah berjanji untuk selamanya mengukir cerita kita dengan waktu.
Tapi aku tau selamanya itu tidak pernah ada.

Kita hanyalah manusia biasa yang terus berubah seperti waktu.
Mungkin bisa terulang tapi semua tak lagi sama.

Kau tau mengapa orang menulis?
Menulis itu membekukan sesuatu yang tidak terbentuk.
Menggambarkan ribuan hal yang dipikirkan.
Meluapkan sejuta harapan yang dirasakan.
Menjelaskan perasaan yang tak terucap.

Karna suatu hari ketika hati tak lagi merasa, otak tak lagi mengingat.
Kau akan tau bahwa tulisanmu adalah bukti dari sisa-sisa suatu rasa yang tak biasa.